Senin, 31 Juli 2023

The Last Day of My 32

Hi there, whats up?

Here, you meet me at my last day of being a 32 year-old one.

I don't know, is there anyone who read my blog or who still visit this blog due to long hiatus.

Actually, I didn't have the mood to write about my own story or about any thoughts since five years ago.

But here comes a moment when I think that my life is at the lowest point. I really want to write down the details on how it could be my lowest, so many things happened recently. But I also think that it is inappropriate to tell you the details. 

First thing first, this July 2023 was a grief month for me because my father passed away. Since then, many bad things happened in a row like there is no such a sunshine or rainbow in my gloomy days. I don't have anyone to tell because I think no one would care, listen, or just be understanding. After all this time, every time my life was fully packed with problems or burdens, everything was just cleared by myself. I managed to tackle all the problems in my life until it reached its balanced position again. It's no difference right now. But I feel so much overwhelmed that I think these are beyond my body's capability, mentally and physically. Everyday, I need to push myself to my limit and that's very entirely tiring. All the patience that everyone tell me to have, sometimes aren't there. Because I am usually drained of all the positive energy.

Anyway, it will be a long story if I write them here.

I also want to perpetuate here what my late father wanted me to do in our last meeting on April 2023 that:

    1. I should go to pray on time, five times a day.

    2. I should recite the Qur'an everyday for at least one ayat.

    3. I should recite shalawat upon Muhammad SAW wherever and whenever I think I'm alive.

    4. I should pay zakah. 

This is how I should put God first before anything else so that my life will be so much easier and full of light.

It was the last advices from my father. Whenever I remember about our last meeting, I will just burst into tears. What if I knew that was the last, I would be nicer instead of just crying in front of him. My father used to have a hunch about how my life was going on, whether I met the difficulties, may be because his life before was also not easy when he's about my age. He would say something soothing like the above list. He said if I really do that, everything will be OK and I just need to worry less about what will be going on.

Bapak, you were my guardian angel. I may not see you again.. but I hope you could be my satellite orbited around me wherever I am now.

Rabu, 24 Mei 2017

Pregnancy Story: The Second Trimester

Kalau hampir semua ibu-ibu bilang bahwa trimester II adalah masa kehamilan paling nyaman, buat saya ya kurang lebih sama, meskipun trimester I pun juga sama nyamannya bagi saya karena saya tidak mengalami morning sickness. Oiya, di akhir trimester 2 ini berat badaku Cuma naik 8 kg dari sebelum waktu hamil, tidak terlalu naik drastis dari BB di trimester I karena aku menjaga pola makan ;) Namun di trimester ini, meskipun dari luar saya terlihat fit, namun ternyata saya diminta dokter untuk menjalani infus intravena venofer. Hal ini karena menurut dokter, hemoglobin saya terlalu rendah dan memerlukan kenaikan kadar ferritin secepatnya. Sebab, bila hanya lewat oral dan makanan, kenaikan hemoglobin memerlukan waktu berbulan-bulan. Sedangkan ibu hamil membutuhkan hemoglobin yang cukup untuk mencukupi nutrisi janin setiap waktu lewat plasenta. 

Dengan keadaan Hb yang rendah ini, pantas saja wajah saya tidak pernah merona merah, tangan saya selalu pucat, nafas saya terengah-engah, tidak mampu jalan dan lari dengan cepat, tidak pernah bisa ikut donor darah, sering pusing dan ngantuk mulu. Namun, dokter saya cukup senang karena setiap kali periksa berat badan janin saya tidak pernah di bawah normal seperti janin para ibu yang mengalami kekurangan Hb. Sebaliknya, BB janin saya sedikit lebih tinggi dari normal. Itu artinya bahwa janin saya tidak kekurangan nutrisi. Segala nutrisi yang saya makan dapat tersalurkan dengan optimal. Saya pun senang. Namun tetap ada kekhawatiran saya bila Hb saya terus-menerus di bawah normal, yaitu saya tidak bisa melakukan lahiran normal. Takut harus menerima intervensi medis untuk mencegah pendarahan yang banyak ketika lahiran nanti. Tapi ya apa boleh buat. Sekarang tetap harus berusaha agar kondisi saya bisa seoptimal mungkin sampai akhir menyusui nanti. Well, aku sangat ingin bayiku lahir dengan berat badan yang optimal yaitu antara 2,9 kg – 3.3 kg. Karena bila kekurangan, tumbuh kembangnya tidak akan bagus ketika balita dan dewasa nanti. Bila berlebihan, resiko obesitas tinggi. Aku sudah membaca Barker Hypothesis tentang pentingnya berat badan optimal bagi bayi baru lahir.

Untuk suplemen, saya masih mengkonsumsi folamil genio dan maltofer, namun ditambah oleh dokter Cavit D3. Cavit D3 berisi kalsium non-aktif dan vitamin D3. Vitamin D3 penting untuk penyerapan kalsium ke dalam darah dan mengoptimalkan fungsi kalsium untuk pembentukan tulang. Saya cukup puas dengan resep dokter karena memang di trimester II, janin saya sedang dalam tahap pembentukan dan penyempurnaan struktur tulang sehingga saya memerlukan kalsium lebih banyak. Saya juga minum susu high calcium low fat setiap hari, membeli UHT kotak yang bisa saya bawa kemana-mana.

Oiya, akhirnya di minggu ke-19 saya bisa merasakan pergerakan janin saya di dalam perut. Oh senangnya! Akhirnya saya mendapati bahwa janin saya ternyata sangat aktif sekali. Setiap hari tak kurang dari 10x dia seperti ngajak saya ngobrol dengan berbagai gerakannya yang menakjubkan, terkadang bikin saya senyum dan tertawa sendiri. “Oh Nak, kamu sekecil dan semungil itu kok bisa ngajak ngobrol ibuk siiy.. Gemmesh!” :)) terkadang aku yang ngetok-ngetok dia, dan dia bangun dari tidurnya lalu ngajak ngobrol beberapa menit sebelum capek dan tertidur lagi. Kalau saya sedang ngajar atau meeting, dia pun tidak bisa diam di dalam, bikin saya kehilangan konsentrasi, namun membahagiakan. You are just too good to be true, Nak! Ibuk wanna see you soon.



Sabtu, 01 April 2017

Pregnancy Story: The First Trimester



Greetings from me and from my little baby. Hi, people!  Let me begin my pregnancy stories because being pregnant is being happy. If I am happy, I’m in the mood for sharing and writing. Happy because, soon, I will welcome my little baby to this world. Such a blessing and a sacral moment that I will have. Oh yeah, soon! Can’t wait to see my little cutie….

Pada trimester I ini saya tidak mengalami masalah apa pun. Satu masalah bagi saya adalah meningkatnya nafsu makan yang berakibat pada meningkatnya keinginan untuk memakan banyak macam makanan. Akibat selanjutnya adalah berat badan yang naik drastis di trimester pertama, yaitu 5 kg. Setelah saya sadar bahwa seharusnya berat badan tidak perlu naik sebegitu banyak, apalagi berat janin di perut belum sampai 1 kg bahkan mungkin belum sampai 500 gram, seharusnya saya cuma naik 2 kg saja, maka saya pun membatasi makanan dengan kadar glukosa tinggi. Saya membeli banyak sayuran hijau dan buah untuk mengobati rasa lapar. Terkadang membeli daging dan memakannya begitu saja bersama sayuran tanpa nasi. Alhasil saya bisa lumayan menjaga berat badan. Janin pun masih bisa berkembang dengan pesat karena nutrisinya terjaga.

Di trimester I, meskipun berat badan naik 5 kg, namun penampakan saya masih terbilang langsing dan tidak terlihat sedang hamil. Sehingga banyak orang tidak mengetahui saya sedang hamil. Apalagi dengan keadaan badan sehat segar dan bugar. Satu-satunya yang membedakan adalah wajah saya agak lebih pucat dari sebelum hamil karena ternyata setelah medical check up, hemoglobin saya cukup rendah. Keadaan hemoglobin rendah cukup menjadi concern saya, sehingga saya meminta resep agar hemoglobin saya naik. Oleh Karena itu, setiap kali makan, saya memilih lauk hati sapi atau hati ayam dan makan lebih banyak sayuran hijau agar ferritin naik dan hemoglobin menjadi normal.

Suplemen yang saya konsumsi di trimester I adalah Folamil Genio dan Maltofer. Sebenarnya dokter kandungan saya tidak meresepkan Folamil Genio, hanya Folavit saja. Namun jiwa apoteker saya tidak mau diam, saya mencari suplemen yang lebih kaya nutrisi yang berguna bagi kehamilan saya. Akhirnya menemukan Folamil Genio, lalu meminta izin dokter buat mengkonsumsinya. Dokternya pun mengijinkan untuk mengganti Folavit dengan Folamil genio. ;)

Untuk Maltofer, saya senang dokter saya memberikan resep Maltofer, karena saya tidak ingin kadar ferritin saya rendah di saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Sebagai orang yang pernah mempelajari tentang nutrisi, zat besi sangat diperlukan bagi ibu hamil karena tidak saja menyangkut kesehatan ibu hamil seperti saya. Tetapi juga, zat besi sangat penting bagi janin saya yang sedang berkembang dengan pesat-pesatnya, terutama sel saraf dan otaknya. Saya tidak ingin melewatkan gold moment ini dengan kekurangan nutrisi apa pun. Segala nutrisi terbaik, sebaiknya saya berikan untuk bayi saya di waktu yang tepat.

Di akhir trimester I, saya meminta dokter menjelaskan keadaan organ tubuh janin saya. Dari cek USG, dokter menjelaskan dan memperlihatkan dengan detil mana kepala, tangan, kaki, perut, punggung, dll. Tulang belakang janin bahkan terlihat dengan jelas. Sehingga saya yakin bahwa janin saya sehat dengan organ tubuh yang telah terbentuk dan berkembang dengan baik. Sehat-sehat ya bayi mungilkuuu!

Senin, 27 Maret 2017

A Gift



Perempuan itu.. harus memiliki keberanian.

Kalau saya bertanya ke diri saya sendiri, apakah saya memiliki cuku keberanian dalam menaklukkan tantangan yang datang ke kehidupan saya? Lalu saya jawab sendiri, kadang iya kadang tidak tanpa saya bisa menghitung persentasenya.

Sewaktu memutuskan kapan saya harus membeli tiket pulang ke Indonesia, kembali ke pangkuan keluarga saya, saya menilainya sebagai suatu keberanian. Memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang Ph.D adalah keberanian lain namun tidak mungkin saya lakukan saat itu juga. Saya memutuskan untuk pulang, memulai hidup baru bersama suami saya, ke kota yang tidak bisa dibilang nyaman kondisinya, yang saya tidak tahu apa yang akan saya kerjakan di sana. Satu-satunya modal adalah sebuah keyakinan dan keberanian. Kehidupan bersama keluarga adalah sebuah pengabdian dan ibadah. Menjadi seorang istri dan anak adalah perjuangan. Perjuangan tidak melulu saya artikan bagi masyarakat banyak. Namun prinsip saya, membahagiakan keluarga adalah juga perjuangan.

Kini saya dituntut untuk memiliki keberanian berikutnya, yaitu menjadi seorang ibu. 

Yes, I’m about to be a mother this year, insyaAllah. It’s been 21 weeks of pregnancy and I am still amazed by how God grows a baby inside my womb. Not only are my cells growing, but also a baby. The baby is growing so fast that one day I found the bump become bigger and bigger.
Waktu itu, ketika kehamilan mencapai 7 minggu aku datang ke dokter kandungan di sebuah klinik di Jogja untuk melakukan USG pertama kalinya. Sudah 3 minggu saya menunggu dengan tidak sabar bahwa apa benar saya hamil. Karena saya di Jogja, dan suami saya di Jakarta, saya tidak diantar oleh suami melainkan oleh kakak saya yang juga sedang hamil 8 bulan. Pertama kali tahu saya hamil ketika kehamilan umur 4 minggu, namun itu usia kehamilan yang masih tidak terdeteksi oleh USG biasa. Di Jogja, ketika dokter menyatakan bahwa ada janin di dalam rahim saya, saya merasa bahagia. Lebih-lebih ketika melihat detak jantungnya dan janin saya bergerak-gerak bebas, I felt that God is great, for sure. He is the one who creates a growing baby: from cell to tissue to organ to organism, and becomes a whole human. Until now 21 weeks, I feel its move every minute, sometimes every hour, inside my womb. It makes me so much happy. I talk to my baby a lot and I feel the response as well. This is the time of our half journey before giving birth. Now, I am not alone anymore because I carry my baby everywhere. My baby is my companion. When I am happy, my baby is happy. When I am sad, my baby might be also sad. So, I am trying to be happy all the time. I am trying to be a good mother, a better one day by day. I learn how to be a good mother and a good wife. My husband is also very good in taking care of us. He gives us his best effort every time we are in need. He talks to our baby like our baby has been in his hand.

Time goes by so fast, I am sure that I will miss this pregnancy period because I will give birth so soon. We need to prepare everything to welcome our baby peacefully and I am still learning about it.

Aku masih perlu mengumpulkan keberanian untuk menghadapi rasa sakit saat melahirkan nanti. I want to experience a gentle birth. Mohon doanya ya..

Sabtu, 17 September 2016

Medina

There will be a little Medina in my home.
The mother, the father, and the children will share the love with each other.
The Medina will be built as a kind of surau, medresa, or pesantren.
Every day, they will try to clean the heart so that the light from heaven can sparkle inside out.
The ones in it will be highly civilized scholars who will deliver good things for either themselves or the people outside.
The member of the Medina will share what other members don't know about.
They will discuss those things like a scholar.
Some will wander around, try to reach what other people say as bad things and good things.
They take all of them to be cooked evenly and to be served to the public on the dishes of love.

Sabtu, 06 Agustus 2016

10s vs 20s



Hai,

Baru saja aku membuka folder-folder lama jaman aku masih kuliah S1 di Jogja dulu. Aku yang familiar dengan isi folderku sekarang, merasakan betapa berbedanya aku sekarang dari aku yang dulu. Berbeda dari sudut pandang pengetahuanku akan isi dunia ini. Dulu aku udik sekali, betapa terasanya bahwa dulu aku benar-benar orang yang datang dari desa lalu hijrah sementara ke kota Jogja yang tidak bisa dibilang metropolitan. Aku orang yang tidak pernah pergi kemana-mana. Paling jauh aku pergi ke Jakarta, itu pun cuma sekali karena tabunganku tidak banyak. Selain Jakarta, aku hanya pergi ke pelosok desa-desa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Itu pun kusebut piknik. Padahal dalam diri ini waktu itu sangat penasaran dengan isi dunia ini, di dunia ini ada apa aja sih?, orang-orang di luar sana seperti apa sih?, apa yang tidak kutahu?, sudah benar belum ya kalau aku bersikap begini dan begitu?. Segala pertanyaan ingin aku temukan jawabannya. Tidak heran, waktu itu aku memiliki mimpi yang waktu itu juga bagi diriku sendiri terbilang mimpi setinggi langit. Aku ingin terbang naik pesawat ke benua lain dan melihat kehidupan di sana semacam apa. Aku tidak ingin membaca majalah atau review tentang apa yang ada di luar sana, aku tidak ingin membaca buku tentang apa yang orang imajinasikan tentang sebuah kota dan desa di sebuah negara, aku tidak ingin membaca pengalaman orang-orang yang pernah singgah di tempat-tempat itu. Aku ingin melihatnya sendiri, menyaksikannya sendiri, merasakannya sendiri suatu hari nanti. Waktu itu, aku takut bila aku sudah tau dari buku, majalah, dan cerita orang, aku akan jenuh dan kehilangan mimpi yang setinggi langit itu, aku takut aku akan cepat puas.

Sekarang aku pikir, segala pilihan hidupku sudah tepat. Kini pikiranku sudah mampu menampung lebih banyak hal dari hasil interaksiku dengan segala hal di luar diriku, aku makin lihai bagaimana harus bersikap yang baik di segala kondisi, tidak seperti dulu lagi. Andai saja aku terlalu banyak membaca buku dan menonton film dulu itu, mungkin aku tidak ingin bermimpi tinggi-tinggi, tidak ingin pergi jauh-jauh karena toh aku sudah tau. Mungkin aku tidak jadi terbang ke negara-negara lain, tidak jadi berkenalan dengan orang-orang asing, tidak bisa memahami dan merasakan segala pilihan hidup mereka dan segala keragaman yang ada di muka bumi ini, tidak mengerti mengapa orang-orang asing itu suka belajar ini atau belajar itu, tidak mengerti bahwa tanah di belahan dunia di sini pernah mencecap sejarah menarik yang berlika-liku juga. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa kulakukan sekarang ini selain sejenak bersyukur atas semua yang Tuhan berikan. Aku tahu ini tidak gratis. Aku sedang memikirkan cara untuk memberikan kembali kepada segala makhlukNya tentang apa yang sudah Tuhan berikan padaku. Aku ingin menjadi contoh yang baik minimal untuk anak-anakku nanti, bila tidak bisa untuk orang lain. Aku ingin mereka memiliki pikiran, minimal seluas pikiranku. Aku ingin mereka tidak udik. Aku kira, pengetahuan bisa didapatkan dari mana saja dan dari siapa saja. Namun, yang lebih dibutuhkan orang lain adalah daya tampung pikiran yang luas dan hati yang jernih untuk menerima segala pengetahuan itu. Itulah yang aku targetkan, karena udik adalah sebuah keterbelakangan.

Saat ini aku belum berani bermimpi lagi karena aku merasa aku sudah mendapatkan hal-hal baru yang berlebih, yang belum aku transfer balik ke orang lain yang mungkin membutuhkan, yang mungkin masih udik. Life is about taking and giving. I have taken a lot and I want to give half of it.